ALOE VERA DAN KOTA PONTIANAK

Aloe vera, atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Lidah Buaya, merupakan tanaman tahunan yang selalu hijau, berasal dari Jazirah Arab, tetapi juga tumbuh liar di iklim tropis, semi-tropis, dan kering di seluruh dunia. Lidah buaya dibudidayakan untuk produk komersial, terutama sebagai pengobatan yang telah digunakan selama berabad-abad. Selain itu, Lidah Buaya adalah tanaman sukulen yang terkenal akan khasiatnya sebagai bahan dasar kosmetik.
Lidah buaya dapat tumbuh subur di daerah dengan banyak sinar matahari dan tanah yang berdrainase baik. Setidaknya terdapat 420 spesies tanaman Lidah Buaya yang banyak digunakan dalam pengobatan alternatif. Disamping itu, Lidah buaya adalah tanaman sukulen yang dianggap menarik untuk tujuan dekoratif, dan sering digunakan di dalam ruangan sebagai tanaman hias dalam pot.
Bila berbicara tentang tanaman Lidah buaya, secara khusus kebanyakan akan merujuk pada tanaman Lidah Buaya jenis Aloe barbadensis Miller, yang merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam produk yang berbahan dasar Lidah Buaya. Adakah Lidah Buaya yang tumbuh di Kota Pontianak sama dengan jenis tersebut? Apa kaitan hubungan yang menjadikan Kota Pontianak erat dengan tanaman Lidah Buaya?
Kota Pontianak
Kota Pontianak didirikan pada 23 Oktober 1771 M (24 Rajab 1181 H) oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie. Rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak. Tahun 1192 H, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak yang pertama. Berkat kepemimpinan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi Kota Perdagangan dan Pelabuhan.
Kota Pontianak adalah kota yang dilintasi oleh garis khatulistiwa. Kota yang memiliki agroklimat serta lahan tanah gambut yang sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman, seperti tanaman Aloe vera atau Lidah Buaya. Dilansir dari situs angelfire.com, Kota Pontianak merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0,8 m sampai dengan 1,5 m di atas permukaan laut dengan kemiringan tanahnya ± 2 %. Struktur tanah termasuk dalam wilayah peneplain dan sedimen aluvial. Jenis tanah ini merupakan hasil dari pelapukan jenis batuan sedimen aluvial yang secara fisik merupakan jenis tanah liat. Jenis tanah liat baru dapat ditemui pada kedalaman 2,4 meter. Dominasi dari endapan aluvial adalah aluvial sungai yang berasal dari Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kondisi fisik tanah pada sebagian kota terdapat tanah bergambut dengan ketebalan bervariasi antara 1 sampai 3 meter. Sejarah vegetasi di Kotamadya Pontianak terdiri dari bekas hutan, perkebunan, pertanian dan rawa gambut. Seperti pada umumnya daerah tropis, Kota Pontianak mempunyai suhu rata-rata 28,1 – 30,1 derajat Celcius. Kelembaban udara antara 99,58 % dan 48,83 %. Lama penyinaran sinar matahari antara 53 % dan 73 %.
Untuk iklim di Kota Pontianak, berdasarkan laman situs ppid.pontianak.go.id/profil-daerah, hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menunjukkan bahwa pada tahun 2020 temperatur udara di Kota Pontianak berkisar antara 23,5 derajat. celcius sedangkan rata-rata tekanan udaranya sebesar 1011,0 milibar. Rata-rata kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar antara 1,4 knot-27,8 knot dengan kecepatan angin terbesar terjadi pada Bulan Desember yaitu sebesar 37 knot.
Melihat hasil penjabaran diatas, baik kondisi tanah maupun iklim Kota Pontianak sangat cocok dengan tanaman Lidah Buaya dan dapat disimpulkan sebagai alasan mengapa tanaman Lidah Buaya atau Aloe vera dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Kota Pontianak. Tanaman Lidah buaya sangat cocok dengan iklim tropis dan subtropis karena dapat mentolerir panas dan kekeringan serta tanaman Lidah buaya membutuhkan tanah yang memiliki drainase baik untuk mencegah akar membusuk.
Dengan keterkaitan agroklimat dan kemampuan tumbuh kembangnya tanaman Aloe vera di Kota Pontianak tersebut telah menghasilkan Tanaman Aloe vera atau Lidah Buaya dengan kualitas terbaik. Hal ini, menjadikan Kota Pontianak sangat dikenal sebagai daerah pembudidaya tanaman Aloe vera atau Lidah Buaya. Tanaman Aloe vera atau Lidah Buaya Pontianak memiliki keunggulan dengan pelepah yang lebih besar dan berat dibandingkan jenis lidah buaya lainnya, bahkan Lidah Buaya Pontianak bisa mencapai 0,8 hingga 1,2 kilogram per pelepah. Lantas Aloe vera atau Lidah Buaya apakah yang dikenal sebagai Lidah Buaya Pontianak tersebut?
Aloe vera Chinensis
Lidah buaya Chinensis (Aloe vera Chinensis) adalah jenis lidah buaya yang umumnya ditemukan di Asia, terutama di China, sedangkan lidah buaya Barbadensis (Aloe vera Barbadensis Miller), berasal dari Afrika dan lebih banyak dijumpai di berbagai daerah tropis di dunia, seperti Amerika dan Eropa.
Untuk lidah buaya Chinensis memiliki sistem perakaran serabut dengan cabang akar heterogen dan tinggi batang mencapai 2 meter. Batangnya tidak bercabang dan tidak terlihat jelas. Daun tunggal dan berdaging (sukulen), berbentuk lanset dengan tepi berduri hingga ujung. Daun muda bernoda putih dan tersusun berhadapan, sementara daun dewasa berseling.
Lidah buaya Chinensis mengandung lebih sedikit aloin dibandingkan dengan Barbadensis. Lidah buaya Chinensis sering digunakan dalam pengobatan tradisional Asia untuk meredakan gangguan pencernaan, seperti sembelit, perut kembung, dan masalah pencernaan lainnya. Kandungan laksatif aloin dalam Chinensis membantu melancarkan sistem pencernaan secara alami. Tanaman ini juga memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada tubuh, baik itu pada kulit maupun di dalam tubuh.
Aloe vera dan Kota Pontianak
Di lansir dari laman web www.amazingborneo.id , awal mula pengembangan lidah buaya di Pontianak dimulai di daerah Siantan Hulu pada tahun 1980. Pada mulanya, proses penanaman belum dilakukan secara khusus, yang mana hanya ditanam menggunakan pot dan bercampur dengan tamanan lainnya. Kemudian pada tahun 1990, setelah mulai mengetahui manfaat dan potensi ekonomi, masyarakat mulai menanam secara khusus. Aloe vera di tanam di ladang khusus dan tidak lagi bercampur dengan tanaman lain.
Kota Pontianak memiliki potensi yang sangat cocok untuk pembudidayaan tanaman Lidah Buaya. Sebagai salah satu sentra pengembangan lidah buaya yang sudah terkenal baik di tingkat lokal maupun internasional, hampir diseluruh wilayah Kota Pontianak memiliki struktur tanah gambut yang mana memiliki hara mikro dan hara makro yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan tumbuhan lidah buaya dapat tumbuh dengan subur. Untuk di Kota Pontianak sendiri, Lidah Buaya banyak dijadikan olahan makanan dan minuman, seperti dodol, cokelat, jelly, jus, teh, kopi dan bahkan sebagai bahan isian kue nastar.
Varietas lidah buaya yang dibudidayakan di Pontianak adalah Aloe vera chinensis (juga disebut Aloe chinensis atau Aloe aloesinensies). Di Kota Pontianak, varietas ini unggul karena memiliki pelepah besar dan berat dibandingkan jenis lidah buaya lainnya, bahkan Lidah Buaya Pontianak bisa mencapai 0,8 hingga 1,2 kilogram per pelepah. Disamping itu, Lidah Buaya Pontianak mudah diolah menjadi bermacam-macam produk yang dibutuhkan oleh industri kecantikan, industri farmasi, industri pangan dan industry pertanian. Tanaman Lidah Buaya akan bernilai ekonomis tinggi apabila telah diolah menjadi suatu produk yang mudah dipasarkan sehingga dapat menjadi sebuah potensi agribisnis di Kota Pontianak. Dengan struktur tanah gambut yang dimiliki Kota Pontianak, diharapkan bahwa seluruh lapisan masyarakat hingga pejabat pemerintah dapat mengoptimalkan budidaya lidah buaya varietas unggul ini sebagai salah satu produk utamanya.
Oleh karena itu, Aloe vera dan Kota Pontianak memiliki satu keterikatan yang erat, dikarenakan potensi pengembangan Aloe vera atau Lidah Buaya di kota ini sangat baik dan dapat dikembangkan sebagai “Sentra Lidah Buaya” terbaik di Indonesia. (Rina Pebriana)
Op. Kesekretariatan