Oleh: Raudlatul Jannah
Analis Ketahanan Pangan – Ahli Pertama
Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak
Fondasi kelangsungan hidup suatu negara adalah kelangsungan pangan yang kuat dan berkelanjutan. Dengan kekayaan alam yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu membangun kemandirian pangan dari tingkat lokal. Berbasiskan sistem pangan lokal hanya berfokus pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga menjaga dan merawat perekonomian, budaya dan alam, serta memperkuat ikatan sosial pada masyarakat.
Ketahanan pangan lokal dapat terakumulasi dari setiap wilayah dan komunitas yang mampu memenuhi dan memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Dan yang terpenting, tanpa bergantung pada kiriman dari wilayah lain atau dari luar negara.
Pangkal dari ketahanan pangan lokal ada pada ketersediaan pangan dari padi, sagu, jagung, ubi, dan umbi lainnya. Contohnya, di Pontianak pangan strategis yang dapat diusahakan adalah padi, ubi jalar, keladi, dan singkong. Dengan pangan yang harus terjangkau, beragam dan bergizi serta beradaptasi pada kultur lokal yang sediakan seharusnya produksi pangan di dalam ekosistem.
Kenapa ketahanan pangan lokal ini begitu penting? Secara strategi, kita bisa menetralkan beberapa ketergantungan dari luar, dan menjaga stabilitas ekonomi daerah. Untuk petani, nelayan, dan para pelaku usaha kecil menengah di pangan, ini juga membuka peluang ekonomi. Dari segi budaya, ini salah satu cara kita tidak kalah dengan budaya luar, dan tetap melestarikan pengolahan serta pemaknaan lokal makanan. Selain itu, kita lebih baik menjaga lingkungan dari dampak negatif. Praktik bertani dapat lebih berkelanjutan dan lebih bijak dalam pemanfaatan lahan dan sumber daya alam.
Ketahanan pangan lokal juga memiliki banyak tantangan. Lahan pertanian berkurang dan beralih fungsi sebagai perumahan dan kawasan industri, Generasi muda pun banyak beralih dari dunia pertanian. Pertanian di dalam negeri pun masih tertinggal dan teknologi dalam pertanian masih belum bisa dipakai. Distribusi pangan yang tidak merata, dukungan promosi yang tidak ada, dan masyarakat lebih menyukai makanan dari luar (instan) serta produk luar negeri.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut ada beberapa langkah yang bisa kita tempuh antara lain pertama mengembangkan keanekaragaman sumber pangan lokal seperti jagung, singkong, sagu, dan umbi-umbian serta tidak bergantung pada beras. Kedua adalah pelatihan dan pendampingan teknologi untuk meningkatkan dan memberi akses modal serta menjadikan pertanian lebih efisien. Ketiga adalah distribusi dan pasar lokal serta membangun infrastruktur dan jaringan pemasaran yang baik, sehingga infrastruktur dan produk lokal terjangkau dan memiliki daya saing yang baik. Keempat adalah penggunaan teknologi pertanian modern seperti pertanian organik, hidroponik, dan digitalisasi untuk meningkatkan hasil ramah lingkungan. Kelima adalah mengedukasi dan mempromosikan konsumsi pangan lokal, untuk menjadikan masyarakat lebih bangga dan terbiasa serta mengkonsumsi pangan daerah, salah satunya dengan gerakan "Cinta Pangan Lokal".
Pemerintah memiliki peran dan tanggung jawab dalam penciptaan dan penyediaan serta penganggaran yang berkaitan dengan pertanian dan ketahanan pangan di daerah. Di sisi lain masyarakat memiliki tanggung jawab dengan cara membeli dan mengkonsumsi produk lokal, menanam bahan pangan di pekarangan rumah dan tidak menyia-nyiakan makanan.
Membangun ketahanan pangan lokal bukanlah tanggung jawab pemerintah sendirian, melainkan tugas kita bersama. Lewat kerja sama, pemanfaatan teknologi yang tepat, serta kesadaran untuk mencintai dan mengutamakan pangan lokal, Indonesia mampu membangun sistem pangan yang mandiri, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi berbagai tantangan. Dengan begitu, ketahanan pangan lokal menjadi pondasi kokoh bagi terwujudnya kedaulatan pangan nasional dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Op. Kesekretariatan